Pada sebuah desa telah terjadi musim kemarau yang panjang. Tanah,
pertanian dan ladang menjadi retak-retak. Air juga susah didapatkan oleh
penduduk.
Para petaui semakin merasa berputus asa atas musim kemarau panjang
yang sedang menimpa negeri ini. Sawah dan ladang mereka sangat kering
dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu membuat mereka tidak
lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah mereka. Mereka hanya
bermalas-malasan dan bermain kartu saja.
Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan. Ia adalah
Sutan Duano. Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi
sawahnya dengan rnengangkat air dari danau yang ada di sekitar desa
mereka sehingga padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas
matahari yang membakar tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya
mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Ia juga berusaha memberikan
ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajian di surau desa mereka.
Namun, tak satu pun petani yang menghiraukan ceramahnya apalagi
mengikuti langkah-langkah yang dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan
penduduk desa telah sampai pada puncaknya.
Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang membantunya
mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil air di
danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat kerja sama
antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan, melainkan
mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano mencoba mencari
perhatian Gundam, ibu si bocah itu, yang memang seorang janda. Bahkan,
seorang janda yang menaruh hati pada Sutan Duano pun kemudian
mempercayai gunjingan itu.
Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak
menanggapinya dan tetap bersikap tenang. Suatu hari ia menerima
telegram dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun disia-siakannya.
Anak itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu
dengan anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si
bocah kecil yang masih memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan
masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya. Sementara itu, para
penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah
mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano
membuahkan hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.
Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi
hancur ketika ia bertemu dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya
adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah
menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano
mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah
berusaha menghalanginya dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan
sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak menghalanginya, kemungkinan besar
Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya bersimbah darah,
Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa
Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni
mendengarnya. Ia kemudian menceritakan hal itu kepada Masri, sehingga
mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia,
sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan
Gundam, yaitu ibu dari Acin.
Sumber :
http://indosastra.com
Sinopsis Novel “Kemarau” – A.A Navis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar